Sesampainya dirumah, saya dihapakan pada situasi yang tidak mengenakkan. Rumah terkunci. Ketika kulihat dari balik kaca, tak ada kunci! Ibu pergi. Dengan kondisi panik dan juga lapar, saya menelepon Ibu. Ternyata, Ibu saya memang sedang pergi bersama nenek, dengan membawa kunci rumah tentunya. Sulit.
Tapi didalam rumah, ada kakek yang sedang tertidur. Mengetuk pintu, membunyikan bel dan memanggil-manggil kakek, sudah saya lakukan berulang-ulang. Nihil, tak ada jawaban. Saya mencoba masuk ke rumah melalui pintu disamping (selatan) rumah. Tapi, pintu itu pun ikut-ikutan terkunci. Ditambah lagi, perut ini terus-terusan meminta di beri makan.
Loncat. Ya, kata itulah yang terlintas dipikiran untuk bisa masuk ke rumah. Saya menaruh tas didepan pintu, dan tanpa memperdulikan suasana sekitar, saya akan melewati pintu ini dengan bertumpu pada tembok di sekitarnya. Ini satu-satunya alternatif yang bisa saya lakukan.
Dengan menumpuhkan kaki dan tangan pada tembok, saya melewati pintu tersebut. Namun, ketika berada diatas, kaki saya kesulitan untuk melewati bagian atas pintu. Dengan sedikit paksaan, akhirnya saya bisa berhasil menaklukkannya. Loncat! Itulah hal saya lakukan untuk turun. Setelah itu, saya membuka kunci pintu samping itu dan membawa tas saya masuk.
Sesampainya didalam rumah, saya langsung mencari makanan. Tapi, nasi yang ada di magicjar sudah mengering karena terlalu lama dipanaskan. Perut ini kembali melancarkan aksinya. Dan tanpa ambil pusing, saya mengambil mie goreng untuk mengatasi rasa lapar ini. Setelah matang, mie goreng itu langsung ku lahap habis.
Dan, dengan perut yang sudah kenyang. Saya bisa kembali menulis di blog, sejak terakhir kali menulis pada Januari 2012.